Comments Off on Shrinkflation, Ketika Harga Tetap Tetapi Produk Yang Kita Beli Ukuranya Mengecil
Wartakansaja – Fenomena mengecilnya ukuran produk makanan tanpa penurunan harga, yang dikenal dengan istilah shrinkflation, telah menjadi sorotan besar dalam beberapa tahun terakhir.
Praktik ini pada dasarnya membuat konsumen membayar jumlah yang sama seperti sebelumnya, tetapi dengan isi produk yang lebih sedikit. Perusahaan berdalih kenaikan biaya bahan baku membuat mereka harus memilih antara menaikkan harga atau mengurangi isi produk.
Perusahaan akan memilih opsi kedua, meski tanpa disadari konsumen tetap membayar lebih mahal untuk porsi yang lebih sedikit.
Fenomena ini adalah respons dari perusahaan terhadap tekanan ekonomi yang mereka alami, yang membuat mereka harus mencari cara untuk menjaga keuntungan tanpa mengubah harga jual.
Secara visual hampir tak terlihat, tetapi perbedaan 10% ini berarti konsumen harus membeli lebih sering untuk jumlah konsumsi yang sama.
Dalam banyak kasus, perusahaan bahkan menambahkan label “new look” untuk menyamarkan fakta bahwa kemasan sebenarnya mengecil.
Fenomena shrinkflation tidak terbatas pada makanan ringan atau minuman. Produk kebutuhan rumah tangga seperti sabun batang, tisu, hingga kertas toilet juga ikut terdampak.
Laporan konsumen menunjukkan bahwa jumlah lembaran kertas toilet terus berkurang sejak 2009, meskipun kemasannya masih diklaim sebagai “mega roll.”
Dengan perhitungan matematis, konsumen sebenarnya mendapatkan lebih sedikit kertas untuk harga yang sama.
Para peneliti, termasuk dari Harvard Business School, menjelaskan mengapa trik ini berhasil. Konsumen lebih peka terhadap kenaikan harga dibanding penurunan ukuran.
Jika harga naik 10%, banyak orang mungkin berpikir dua kali sebelum membeli. Namun, jika isi produk dipangkas 10% tanpa mengubah harga, mayoritas tidak menyadarinya dan tetap membeli seperti biasa. Praktik ini pada akhirnya membuat biaya belanja meningkat tanpa disadari konsumen.
Selain itu, terdapat juga kasus produk yang bukan hanya diperkecil tetapi juga diencerkan. Dengan cara ini, konsumen membayar harga sama untuk kandungan isi yang berkurang signifikan.
Dampak fenomena ini terasa luas. Konsumen kehilangan daya beli tanpa menyadarinya, sementara perusahaan menikmati keuntungan tambahan. Lebih jauh lagi, ukuran produk hampir tidak pernah kembali normal setelah menyusut. Sekali dikurangi, ukuran baru itu menjadi standar, lalu perlahan dikurangi lagi di masa depan. Konsumen pun menghadapi kondisi “normal baru” yang terus merugikan.
Sifatnya yang tidak selalu disadari menjadikannya kian berbahaya dalam jangka panjang, apalagi ketika berlangsung secara terus-menerus di berbagai lini produk kebutuhan sehari-hari.
Konsumen disarankan memperhatikan label harga per unit atau per gram, bukan hanya harga total. Perubahan kecil pada ukuran kemasan sering kali lebih mudah terdeteksi dengan cara ini. (Harris)
Wartakansaja.com – Setelah menjual kendaraan anda baik itu motor…
Wartakansaja.com – Dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan bagi para…
Dikutip dari laman PSSI, Ketua Umum PSSI, Erick Thohir terus…
KOTA DEPOK, Wartakansaja.com – Puncak acara dari segala kegiatan…
Mengawali perjuangan di putaran ketiga kualifikasi piala Dunia 2026, Tim…
Wartakansaja.com, KOTA BOGOR – Atas perannya dalam memajukan dunia…
Kabar Gembira muncul dari dunia panggung musik internasional, setelah kurang…
JAKARTA. Manager Timnas Indonesia Sumardi mengatakan dalam babak Ketiga kualifikasi…
JAKARTA,Wartakansaja.com – Keamanan Merupakan sesuatu yang penting bagi individu…
JAKARTA. PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) mulai selasa…